POTRET DI PANGGUNG
By ; Srihan
Panggung itu sudah sangat sepi
Bahkan cicak dan tokek
sudah pergi...
Tak ada lagi pertunjukan
Karena lakon sudah usai walau tak sesuai
skenario yang disusun
Kemarin ada penonton yang bertepuk tangan
Ada pula penonton yang kecewa
dan bersungut sungut kesal
Sutradara dan kru panggung sudah pulang
tapi kenapa ada bisik bisik pemain
di belakang layar...
Hmm rupanya mereka masih ingin bermain
dan menyusun drama babak dua
Mereka tak puas dengan pertunjukan kemarin
Pemain itu seperti dendam
Pada skenario yang gagal....
Ambisi dan amarahnya telah membakar layar
dan backdrop panggung itu
Bahkan menghanguskan nuraninya sendiri
#paris van java 30-12_-2016
TANGKUBAN PERAHU
By ; Srihan
Sebelum perahu itu di tendang
terbalik dan nenangkub
Seorang anak lelaki tersesat cintanya
pada ibunda...
Ibu yang tak sudi di pinang anaknya
darah daging yang dulu di kandungnya
Demi Sang hyang, demi langi dan bumi
Pantang terjadi perkawinan sedarah
Dayang Sumbi jelita
Ia di kutuk kecantikannya hingga akhir zaman
Ia tak bisa tua, ia di kutuk dengan rupa jelita
Sangkuriang anak tunggalnya jatuh cinta
dan tergila gila
Dalam diamnya Dayang Dumbi menangis
Karma apalagi yang harus di terima
Hati si Tumang sang suami telah di goreng
dan di makan...
karena dusta Sangkuriang Sang putra
yang berdusta memberi hati.Rusa dari perburuan
Padahal yang di sodorkan hati si Tumang.
Ayahanda Sangkuriang yang tewas di ujung panah
Sangkuriang....
Dayanh Sumbi terisak dalam takdirnya
Kini ia harus di kawin putra senfiri
Sebuah danau dan perahu raksasa tertulis
Menjadi mahar perkawinannya
harus diap dalam waktu semalam saja
Agar terhindar murka dewa
Sang putra bersekutu dengan Siluman
Tuk wujudkan danau buatan dan perahu raksasa
Dayang sumbi takut terlaknat
Ia menabuh lesung dan kibarkan selendang kuning
Serupa fajar pagi....
Bsngunkan ayam agar berkokok
Siluman lari ketakutan
Sangkuriang murka danau belumlah selsai
Perahu raksasa di tendang hingga terbalik
Tertangkub..
Ia bersumpah serapah.....
Mengutuk Ibunda yang curang
menyuruh ayam berkokok
Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang tak sudi
di kawin putra kandungnya
Dayang Sumbi pergi membawa luka
Pedih tak terperi..
.
Ia pergi tak pernah kembali.....
Sangkutiang pun tak pernah tahu
Kemana ibunda pergi
# paris van java 29-12-2016
MADAH SYUKUR PAGI
By: Srihan
Selamat pagi kepodang jantan
Bayu pagi. sangat sejuknya
Bangunlah....
Kau boleh tersenyum kini
Doa doamu telah dijawab Tuhan
Betinamu telah sembuh.....
Luka sayapnya telah pulih
Betinamu geliatkan sayap dan kakinya
Pagi yersenyum mesra padamu
Lihatlah wajah betinamu merona
Ia tersenyum padamu juga pada semesta alam
Ia bermadah dan bersenandung
Tentang kasih Alloh yang telah memberi mukjizat
Keselamatan dan kesembuhan...
Krpodang jantan
Mari berdoa dan bersyukur
Badai itu telah berlalu...
Gerhana itu telah sirna...
Kepodang jantan mari rayakan "surga kesembuhan" ini
dengan madah dan senadung dzikir
Mentari hamgat ini milik kita
Awan putih yang melenggang itu juga milik kita
Mari kita panen bunga bunga rindu
di kebun cinta kita
Mari kepakan sayap menuju langit syurga
Mari terbang ke negeti impian
Seperti hari hati kemarin sebelum gerhana datang
#paris van java. 28-12-2016
AKU INGIN DIAM
By Srihan
Aku ingin diam seperti batu
Ya patung batu
Yang tak perduli pada panasnya mentari
Tak peduli pada hujan badai
Angin dan Topan
Juga pada hiruk pikuk kehidupan
Juga tak peduli pada kau!
Tak peduli pada masa lalu
Kini dan esok akan ku tempuh
dengan senyum dan tanpa bergeming
Biarlah aku bertapa disini
Dalam diam yang hening....
Usah kau tegur dan kau usik lagi ..
Diamlah.....
Aku sedang bertapa dalam heningku
Aku ingin diam...
Melepas segala penat dam hiruk pikuk kehidupan
Kepura puraan - kemunafikan -sandiwara
bertopeng. Malaikat dan kecurangan
membuatku muak
Aku ingin diam dalam heningku sendiri
Angin dan bayu masih di sini
Menyapa ramah dan tulus tanpa kemunafikan
Paris van java/ 2 januari 2017
POTRET MU
By ; srihan
Aku mencium anyirnya luka
Ya luka pada kata kata syairmu
Aku menangkap perih dari rima rima
yang mengalir dari bibirmu
Dan bait bait sendu mengalun dari batinmu
Semakin hari kau nampak bagai pohon kerontang
yang ditinggalkan sang hujan ratusan tahun
Lalu kau memperkosa tanah agar terus menghidupimu
Padahal tanahpun merana tak pernah dijamah tetesan hujan...
Sering aku berpikir
mengapa kau tak menjadi kaktus saja
Agar kau tetap hidup tanpa hujan
Dan cukup minum setetes embun saja
Pernah angkuhmu memusuhiku
Saat hujan setia mengguyurmu...
Tapi saat hujan pergi meninggalkanmu
Kau bagai pohon sekarat mengelepar gelepar
Kau berteriak memaggilku
Tanganmu meraih ingin memegang tanganku
Kau menangis penuh ratap...
Itulah kepongahanmu dulu
Akhirnya kini kau dapat membaca
Arjuna seperti apa dia
Jangan jangan dia adalah Rahwana berkedok Arjuna
Lalu masih banggakah kau dengan dia??
yang telah mencabik-cabik hati dan cintamu
Bukalah mata batinmu...
Agar tak terkecoh Rahwana yang berkedok Arjuna
#buat_sahabatku
Paris Van Java 04-02-2017
0 Response to Kumpulan Puisi Sri Handayani - POTRET DI PANGGUNG